Thursday, September 24, 2015

KEUTAMAAN MEMBACA SURAT AL KAHFI DI HARI JUMAT

KEUTAMAAN MEMBACA SURAT AL KAHFI DI HARI JUMAT

بسم الله الرحمن الرحيم

"KEUTAMAAN MEMBACA SURAT AL KAHFI PADA HARI JUMAT"
================

Wahai Anshor Khilafah.....Sekedar mengingatkan kembali, dan tidak hentinya kami untuk saling mengingatkan, bahwa  Ђά̲̣яΐ ini jumat, dimana pada hari tsb terdapat amalan2 yang mempunyai keutamaan, diantaranya ϑëπƍάπ  membaca surat Al Kahfi.
Untuk mendorong kita supaya dapat mengamalkannya tentunya dg  mengetahui keutamaannya. 

Apa saja keutamaan dari membaca surat Al Kahfi di hari jumat? berikut kami ulas secara ringkas, semoga bermanfaat walau diulang2

● 3 Keutamaan membaca Surat Al Kahfi di hari Jum’at:

1. Dipancarkan cahaya pada dirinya di hari kiamat kelak, dari kaki hingga ke langit

مَنْ َقَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ
"Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya antara dirinya hingga baitul Atiq." (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi, dishahihkan Al-Albani)

2. Diampuni dosanya antara dua Jum’at

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ سَطَعَ لَهُ نُوْرٌ مِنْ تَحْتِ قَدَمِهِ إِلَى عَنَانِ السَّمَاءَ يُضِيْءُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَغُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ
“Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua jumat.” (Hadits riwayat Ibnu Umar dalam at-Targhib wa al- Tarhib)

3. Diselamatkan dari fitnah Dajjal

مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ
“Barangsiapa hafal sepuluh ayat dari permulaan surat al-Kahfi, maka ia dilindungi dari Dajjal.” (HR. Muslim)

مَنْ قَرَأَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنَ الْكَهْفِ لَمْ يَخَفِ الدَّجَّالَ
“Barangsiapa membaca (Hafal) sepuluh ayat dari permulaan surat al-Kahfi, maka ia dilindungi dari Dajjal.” (HR. Damiri)

Semoga Bermanfaat Ɣά̲å Ikhwah/akhwat fillah ﺍﻧﺸـــــﺎء ﺍﻟﻠﻪ ({})
CARA MENGENDALIKAN NAFSU BAGI YANG BELUM MENIKAH

CARA MENGENDALIKAN NAFSU BAGI YANG BELUM MENIKAH


"Wahai para pemuda, apabila siapa diantara kalian yang telah memiliki ba'ah (kemampuan) maka menikahlah, kerena menikah itu menjaga pandangan dan kemaluan. Bagi yang belum mampu maka puasalah, karena puasa itu sebagai pelindung." (HR Muttafaqun 'alaih).

Puasa apa saja, baik yang wajib maupun yang sunnah. Puasa wajib adalah puasa bulan Ramadhan, puasa nazar dan puasa qadha'. Sedangkan puasa sunnah ada banyak versi dan jenisnya. Kesemuanya termasuk puasa yang bila dilakukan dengan benar bisa mengendalikan nafsu dan syahwat.

Di antara puasa sunnah adalah a. Puasa Senin Kamis yang sangat besar nilai pahalanya. 

  • Puasa Ayyamul Biidh, yaitu puasa tiga hari dalam sebulan setiap tanggal 13, 14 dan 15 (bulan hijriyah).
  • Puasa Daud, yaitu puasa berselang-seling setiap hari.
  • Puasa 6 hari di bulan Syawwal
  • Puasa tanggal 9-10 bullan Muharram.
Dan masih banyak lagi puasa lainnya yang tidak harus terkait dengan momentum tertentu. Jadi anda juga bisa berpuasa mutlak yang tidak terkait dengan tanggal-tanggal di atas.

Niatnya sederhana saja, cukup anda tetapkan di dalam hati bahwa anda ingin berpuasa tertentu pada hari tertentu. Misalnya, anda pada hari Senin berniat untuk melakukan puasa sunnah hari Senin. Maka tancapkanlah niat itu di dalam hati. Tidak harus dilafazkan dengan membaca nawaitu dan seterusnya. Sebab niat itu adanya di dalam hati, bukan di lidah. Meski pun ada sebagian ulama yang mengajurkan untuk melafazkannya sebagai ta'kid (penguat) niat. Namun wilayah ini adalah wilayah perdebatan yang tak kunjung habis.

Tapi lepas dari pendapat manakah yang anda pilih, yang pasti tanpa melafazkannya pun niat itu sudah syah dan sudah tercapai syarat dan rukunnya.

Puasa Bisa Menahan Nasfu untuk Sementara

Tetapi perlu diingat bahwa puasa ini hanya mengendalikan nafsu dan syahwat untuk sementara saja, bukan menghilangkan atau memusnahkannya. Sebab nafsu dan syahawat itu adalah bagian dari kelengkapan seorang manusia. Tanpa adanya nafsu dan syahwat, maka tidak bisa dikatakan manusia. Allah SWT telah berfirman tentang hal ini dalam salah satu ayat Al-Qur'an,

"Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada syahwat (apa-apa yang diingini), yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik." (QS Ali Imran: 14)

Nafsu dan syahwat yang sudah menjadi bagian utuh dari seorang manusia oleh syetan kemudian dikembangkan sehingga menjadi faktor dominan. Syetan dalam misinya akan selalu dan disenantiasa berusaha untuk menggoda keimananan lewat nafsu dan syahwat yang membara. Salah satu caranya adalah dengan membuat tergoda dengan pesona wanita yang bukan haknya. Rasulullah SAW pernah bersabda,

"Sesungguhnya wanita menghadap dalam bentuk syetan. Barang siapa yang mendapatkan hal itu, hendaklah ia mendatangi istrinya karena hal tersebut akan memperlemah perasaan yang ada dalam dirinya." (HR Muslim, Abu Daud dan Tirmidzy).

Imam An-Nawawy ketika mengomentari hadits ini berkata, "Sebuah isyarat kepada hawa nafsu dan mengajak kepada fitnah karena Allah menjadikan dalam jiwa setiap lelaki kecenderungan untuk mencintai wanita, dan rasa nikmat ketika memandanginya. Dalam kondisi itu, baginya wanita seperti menyerupai syetan karena dapat mengajak kepada kejahatan dengan bisikannya."

Rasulullah SAW bersabda,

"Sesungguhnya Allah telah menuliskan bagi anak-anak Adam bagiannya dari zina, ia pasti akan mendapatkanya. Zinanya mata memandang yang diharamkan, zinanya lisan membicarakannya, zinanya jiwa mengharap dan membayangkannya sedangkan kemaluannya akan membenarkan hal tersebut atau mendustakannya." (HR Tirmidzy).

Oleh karena itu, agar anda terhindar dari perbuatan nista dan juga perbuatan-perbuatan lainnya yang dapat mendorong kepada hal tersebut, kita bisa melakukan puasa, karena puasa bisa menghilangkan pengaruh syetan di dalam darah. Puasa juga bisa melemahkan gejolak nafsu di dada. Puasa apa saja dan kapan saja, asal dilakukan dengan benar. Bukan sekedar puasa tidak makan dan tidak minum, tapi mata jelalatan kesana kesini, pikiran melayang dan menghayal tak tentu rimbanya. Puasa yang 'salah teknik' ini umumnya tidak terlalu efektif untuk meredam nafsu dan syahwat.

Wallahu a'lam bishshawab,
Wassalamu 'alaikum Wr. Wb. 

Wednesday, September 16, 2015

70.000 Orang Yang Masuk Surga Tanpa Hisab


Di dalam Shahih Bukhari disebutkan hadits bahwa 700.000 orang akan masuk surga, sedangkan generasi awal saja mungkin jumlah mereka sudah mencapi 700.000. Apakah ada tafsir lain tentang hadits ini?


Imam Bukhari di dalam kitab shahihnya telah meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam bahwa beliau berkata:
"Ditampakkan beberapa umat kepadaku, maka ada seorang nabi atau dua orang nabi yang berjalan dengan diikuti oleh antara 3-9 orang. Ada pula seorang nabi yang tidak punya pengikut seorangpun, sampai ditampakkan kepadaku sejumlah besar. Aku pun bertanya apakah ini? Apakah ini ummatku? Maka ada yang menjawab: 'Ini adalah Musa dan kaumnya,' lalu dikatakan, 'Perhatikanlah ke ufuk.' Maka tiba-tiba ada sejumlah besar manusia memenuhi ufuk kemudian dikatakan kepadaku, 'Lihatlah ke sana dan ke sana di ufuk langit.' Maka tiba-tiba ada sejumlah orang telah memenuhi ufuk. Ada yang berkata, 'Inilah ummatmu, di antara mereka akan ada yang akan masuk surga tanpa hisab sejumlah 70.000 orang. Kemudian Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam masuk tanpa menjelaskan hal itu kepada para shahabat. Maka para shahabat pun membicarakan tentang 70.000 orang itu. Mereka berkata, 'Kita orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti rasul-Nya maka kitalah mereka itu atau anak-anak kita yang dilahirkan dalam Islam, sedangkan kita dilahirkan di masa jahiliyah.' Maka sampailah hal itu kepada Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam, lalu beliau keluar dan berkata, 'mereka adalah orang yang tidak minta diruqyah (dimanterai), tidak meramal nasib dan tidak mita di-kai, dan hanya kepada Allahlah mereka bertawakkal." [HR. Bukhari 8270]

Maksud hadits ini menjelaskan bahwa ada satu kelompok dari ummat ini akan masuk surga tanpa dihisab, bukan berarti bahwa jumlah ahli surga dari ummat ini hanya 70.000 orang. Maka mereka yang 70.000 orang yang diterangkan dalam hadits ini adalah mereka yang memiliki kedudukan yang tinggi dari kalangan ummat ini karena mereka memiliki keistimewaan khusus yang disebutkan oleh hadits ini, yaitu mereka adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak meramal nasib, dan tidak minta di-kai, serta hanya kepada Allah mereka bertawakkal.

Ada lagi hadits yang menjelaskan penyebab mereka masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab di dalam riwayat lain bagi Imam Bukhari rahimahullah, dari Abbas radhiallahu 'anhu, dia berkata bahwa Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:
"Ditampakkan kepadaku beberapa ummat. Maka ada seorang nabi yang berjalan dengan diikuti oleh satu ummat, ada pula seorang nabi yang diikuti oleh beberapa orang, ada juga nabi yang diikuti oleh sepuluh orang. Ada juga nabi yang diikuti lima orang, bahkan ada seorang nabi yang berjalan sendiri. Aku pun memperhatikan maka tiba-tiba ada sejumlah besar orang, aku berkata, 'Wahai Jibril, apakah mereka itu ummatku? Jibril menjawab, 'Bukan, tapi lihatlah ke ufuk!' Maka aku pun melihat ternyata ada sejumlah besar manusia. Jibril berkata, 'Mereka adalah ummatmu, dan mereka yang di depan, 70.000 orang tidak akan dihisab dan tidak akan diadzab.' Aku berkata, 'Kenapa?' Dia menjawab, 'Mereka tidak minta di-kai, tidak minta diruqyah, dan tidak meramal nasib serta hanya kepada Allah mereka bertawakal.'Maka berdirilah Ukasyah bin Mihshan, lalu berkata, 'Berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikan salah satu seorang di antara mereka.' Nabi pun berdoa, 'Ya Allah, jadikanlah dia salah seorang di antara mereka.'Lalu ada orang lain yang berdiri dan berkata, 'Berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikan aku salah seorang di antara mereka.' Nabi Shalalahu 'alaihi wasslam menjawab, 'Kamu telah didahului oleh Ukasyah'." [HR. Bukhari 6059]

Tentang sifat mereka pun dijelaskan di dalam hadits Sahl bin Sa'd radhiallahu 'anhu, dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam, dia berkata,
"Pasti ada 70.000 orang dari ummatku atau 700.000 orang (salah seorang periwayat hadits ini ragu) akan masuk surga orang pertama di antara mereka, tidak memasukinya sebelum masuk pula orang terakhir dari mereka. Wajah-wajah mereka seperti bulan pada bulan purnama." [HR. Bukhari]

Dan dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, dia berkata: aku mendengar Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda,
"Akan masuk surga sekelompok dari ummatku sejumlah 70.000 orang. Wajah-wajah mereka bercahaya seperti cahaya bulan." [HR. Bukhari]
Tentang sifat mereka diterangkan pula di dalam riwayat Muslim dalam shahihnya dari hadits Jabir bin Abdullah radhiallahu 'anhu,
"…, kemudian selamatlah orang-orang mukmin, selamat pulalah kelompok pertama dari mereka yang wajah-wajah mereka seperti bulan pada malam purnama sejumlah 70.000 orang. Mereka tidak dihisab kemudian orang-orang setelah seperti cahaya bintang di langit, kemudian yang seperti mereka."

Bagi kita semua kaum muslimin ada kabar gembira dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam di dalam hadits ini dan hadits-hadits lainnya. Adapun kabar gembira dalam hadits ini karena ada riwayat yang lain dalam Musnad Imam Ahmad, Sunan Tirmidzi, dan Sunan Ibnu Majah dari hadits Abu Umamah dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam, dia berkata,

"Rabbku 'Azza wa Jalla telah menjanjikan kepadaku bahwa ada dari ummatku yang akan masuk surga sebanyak 70.000 orang tanpa hisab ataupun adzab beserta setiap ribu orang ada 70.000 orang lagi dan tiga hatsiyah dari hatsiyah-hatsiyah Allah 'Azza wa Jalla."

Kita memohon kepada Allah Subhana wa Ta'ala agar Dia menjadikan kita termasuk golongan mereka. Bila anda hitung 70.000 orang menyertai setiap seribu orang dari yang 70.000 itu, berapakah jumlah seluruhnya bagi orang yang masuk surga tanpa hisab?!? 
Dan berapa jumlah seluruh hatsiyah dari hatsiyah Allah yang Agung dan Mulia, Yang Penyayang dan Pengasih?
Adapun berita gembira yang kedua adalah bahwa jumlah ahli surga dari ummat ini dua pertiga (2/3) dari seluruh jumlah ahli surga, maka jumlah ummat Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam yang masuk surga lebih banyak dibanding jumlah seluruh ummat yang lalu. Berita gembira ini datang dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam dalam sebuah hadits ketika beliau bersabada kepada para sahabatnya pada suatu hari,

"Ridhakah kalian, kalau kalian menjadi seperempat (1/4) dari penduduk surga?"Kami menjawab, "Ya."Beliau berkata lagi, 'Ridhakah kalian menjadi sepertiga (1/3) dari penduduk surga?"Kami menjawab, "Ya."Beliau berkata lagi, 'Ridhakah kalian menjadi setengah (1/2) dari penduduk surga?"Kami menjawab, "Ya."Beliau berkata lagi, "Demi Allah yang jiwaku ada dalam tangan-Nya, sesungguhnya aku berharap kalian menjadi setengah (1/2) dari penduduk surga karena surga tidak akan dimasuki kecuali oleh jiwa yang muslim dan tidaklah jumlah kalian dibanding ahli syirik kecuali seperti jumlah bulu putih pada kulit sapi hitam atau seperti bulu hitam pada kulit sapi merah." [HR. Bukhari 6047]

Kemudian Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam menyempurnakan berita gembiranya kepada kita dalam hadits shahih yang lain. Beliau berkata,

"…, Ahli surga 120 shaf, 80 shaf di antaranya dari ummatku, dan 40 shaf lagi dari ummat lainnya." [HR. Tirmidzi 3469,lalu Tirmidzi berkata, "Ini hadits hasan."]

Maka kita memuji Allah atas nikmatnya dan kita memohon karunia dan rahmat-Nya, dan semoga Dia menempatkan kita di surga dengan upaya dan anugrah-Nya, dan semoga Allah melimpahkan shalawat kepada Nabi kita Muhammad.

Wednesday, September 9, 2015

ANDA MEMPUNYAI BANYAK MASAH HIDUP ? ( bacalah ini )

ANDA MEMPUNYAI BANYAK MASAH HIDUP ? ( bacalah ini )



  • ©    Rasulullah Mengagumi seorang mukmin yang bila ia memperoleh kebaikan, ia memuji Allah dan bersyukur. Bila ia ditimpa musibah, ia memuji Allah dan ia bersabar. ( HR.Ahmad)


  • ©    Orang yang bahagia ialah yang dijauhkan dari fitnah-fitnah dan orang yang bila terkena ujian dan cobaan, dia bersabar. (HR.Ahmad)



  • ©    Sesungguhnya bersyukur akan menambah kenikmatan Allah, dan perbanyaklah berdoa. (HR.Ath-Thabrani)


  • ©    Iman terbagi dua separuh dalam sabar dan separuh dalam syukur.(HR.Al-Baikaqi)



  • ©    Tidak ada suatu rezeki yang Allah berikan pada seorang hamba yang lebih luas baginya dari pada sabar. (HR.Al-Hakim)


  • ©    “Ya Nabi, berilah aku wasiat” Rasullalah bersabda,”Jangan marah!” ditanya berulang kali dan tetap dijawab, “Jangan marah!” HR.Bukhari)



  • ©    Sesungguhnya yang berkecukupan adalah orang yang hatinya selalu merasa cukup, dan orang fakir adalah orang yang hatinya selalu rakus. (HR. Ibnu Hibban)


  • ©    Allah sangat enyukai orang-orang mukmin yang mempuyai pekerjaan.(Al-Hadist)



  • ©    Sebaik-baik pekerjaan ialah usaha seseorang dengn tangannya sendiri.(Al-Hadist)


  • ©    Memperoleh sesuatu dengan tangan sendiri adalah lebih baik dan lebih disukai dari pada meminta-minta.(Al-Hadist)



  • ©    Hendaklah selalu berbuat baik dan jauhkanlah selalu dari perbuatan maksiat.(Al-Hadist)


  • ©    Ya Allah Berkahilah Umatku( Muhmmad) yang pada waktu pagi hari mereka bangun (Bangun fajar).(HR.Ahmad)



  • ©    Sesungguhnya rezeki mencari seorang hamba sebagaimana ajal mencarinya.(HR.Ath-Thabrani)


  • ©    Mencari rezeki yang halal adalah wajib sesudah menunaikan yang fardu.(HR.Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)



  • ©    Seungguhnya Allah Ta’ala senang melihat hambaNya bersusah payah/lelah dalam mencari rezeki yang halal.(HR.Ad-Dailami)
  • ©    Berbaik sangka kepada Allah adalah termasuk ibadah yang baik.(HR. Abu Dawud)


  • ©    Kaya itu bukanlah lantaran banyak harta. Tetapi kaya itu adalah kaya hati.(HR.Muslim)



  • ©    Turunkanlah rezekimu(dari Allah)dengan mengeluarkan sedekah.(HR.Baihaqi)


  • ©    Tangan yang diatas lebih baik daripada tangan yang dibawah. (Al-Hadist)



  • ©    Allah berfirman( didalam hadist Qudsi).” Hai Anak adam, infaklah (Nafkahkanlah hartamu), niscaya Aku memberikan nafkah kepadamu.” (HR.Muslim)


  • ©    Sesungguhnya sedekah itu dapat menghilangkan murka Allah
 dan dpat mencegah dari kematian yang buruk. (HR.At-Tirmidzi)


  • ©    Rasulullah bersabda : “Pintu-pintu sedekah itu adalah bertakbir, bertasbih, bertahmid, beristighfar, memerintahkan kepada kebaikan, dan mencegah dari pada yang munkar, menyingkirkan duri, tulang dan batu dijalan yang dilalui orang, menuntun orang buta, membantu orang tuli untuk mendengar sesuatu perkataan. Semua itu dalah pinu sedekah bagimu terhadap dirimu. “(HR. Ahmad)


  • ©    Barang siapa menanam suatu tanaman, kemudan ada burung atau siapapun mencari rezeki, dan makan dari tanaman itu, maka bagi penanam tersebut adalah sebagai sedekah. (HR.Imam Ahmad dr Ibnu Khuzaimah)



  • ©    Orang dermawan dekat kepada Allah, dekat kepada rahmatNya, serta selamat dari siksaNya, sedangkan orang yang kikir, jauh dari Allah, jauh dr rahmatNya, dan dekat sekali kepada siksanya.(Rasullulah SAW)


  • ©    Rasulullah SAW memerintahkan agar dzakat itrah diberikan sebelum manusia berangkat shalat ied.(HR.MUSLIM)



  • ©    Niat Seorang mukmin lebh baik dari amalnya.(HR.Al-Baihaqi dan Ar-Rabii’)


  • ©    Tiada seorang muslim trtusuk duri atau lebih dari itu,kecuali Allah mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dosa(HR.Bukhari)



  • ©    Yang menyebabkan agama cacat adalah hawa nafsu(HR.Asy-Syihaab)
  • ©    Permudahlah, jangan mempersulit, dan jadikan suasana yang tenteram. Jangan menakut nakuti.(HR.Muslim)


  • ©    “Amal apakah yang disukai Allah?” Rasulullah berkata, “yang dikerjakan secara tetap (Istiqomah) walaupun sedikit.”(HR.Bukhari)



  • ©    Barang siapa dikehendaki Allah kebaikan baginya, maka dia diuji (dicoba dengan satu musibah), Barang siapa yang memelihara kesopanan dirinya, Allah akan memeliara kesopanannya. Siapa yang merasa cukup, maka Allah akan mencukupinya, dan siapa yang melatih kesabaran, maka  Allah akn menyabarkannya. Dan tiada seorangpun mendapat karuni pemberian) Allah yang lebih baik dari kesabaran. (HR.Bukhari)


  • ©    Tiada sesuatupun yang lebih berat dalam timbangan (pda hari kiamat) dari ahlak yang baik.(HR.Dawud)



  • ©    Sesungguhnya orang yang termasuk orang yang baik-baik ialah orang yang paling baik ahlak dan adab sopannya. (Al-Hadist)


  • ©    Barang siapa  diantara kalian yg melihat kemunkaran hendaknya ia mengubah dengan tangannya. Jika tidak bisa melakukan dengan tangannya, hendaklah ia mengubah  dengan lisannya.Jika tidak bisa melakukan dengan lisannya, hendaklah ia melakukan dengan hatinya. Itulah iman yang paling lemah.”(HR.Bukhrari)



  • ©    Dari Aisyah ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ memegang janji dengan baik adalah bagian dari iman,”(HR.Bukhari)


  • ©    Rasulullah SA bersabda,” Orang yang pandai membaca alquran akan bersama para rasul yang mulia dan dan para waliullah, adpun orang yang membaca alqur’an dengan tersendat-sendat karena sulit baginya membaca alqur’an,maka ia mendapat dua pahala.”(Aisyah ra)
  • ©    Wahai Abu Hurairah, potonglah kuku-kukumu, sesungguhnya setan mengikat ( melalui) kuku yang panjang.(HR.Ahmad)
  • ©    Hiduplah  didunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara.(HR.Bukhari)
  • ©    Hidup didunia hanya sebagai tempat tinggal sementara untuk melanjutkan perjalanan nan jauh menuju keabadian.(Rasulullah)
  • ©    Perbanyaklah kamu mengingat mati, karena hal itu bisa membersihkan dosa dan menyebabkan zuhud atau tidak cinta kepada dunia.
Hari ini (didunia) adlah hari beramal dan bukanlah hari perhitungan (hisab), sedangkan besok (diakherat) adalah hari perhitungan (hisab) dan bukanlah hari beramal.(HR.Bukhari)

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu…” (QS. Ali Imran: 200)
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٥﴾
“Sungguh, akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan, berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ ﴿١٠﴾
“…Sesungguhnya, hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)
وَلَمَن صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَٰلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ﴿٤٣﴾
“Tetapi, orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya, (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (QS. Asy-Syuura: 43)
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٣﴾
“…Sesungguhnya, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّىٰ نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنكُمْ وَالصَّابِرِينَ
“Dan sesungguhnya, Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu…” (QS. Muhammad: 31)
Dan, masih banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang berisi perintah untuk bersabar serta menjelaskan keutamaan sabar. Mari kita mulai bahas mengenai hadits tentang sabar.
وعن أبي مالك الحارث بن عاصم الأشعري رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم الطهور شطر الإيمان والحمد لله تملأ الميزان وسبحان الله والحمد لله تملآن أو تملأ ما بين السموات والأرض والصلاة نور والصدقة برهان والصبر ضياء والقرآن حجة لك أو عليك كل الناس يغدو فبائع نفسه فمعتقها أو موبقها رواه مسلم
Abu Malik Al-Harits bin ‘Ashim Al-Asy’ari RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Kesucian itu sebagian dari iman, dan kalimat alhamdulillah memenuhi timbangan. Kalimat subhanallah dan alhamdulillah memenuhi ruang yang ada di antara langit dan bumi. Shalat itu cahaya, sedekah itu bukti, sabar itu cerminan, Al-Qur’an itu hujjah yang akan membela atau menuntutmu. Setiap manusia bekerja. Ada yang menjual dirinya, ada yang membebaskan dirinya, dan ada pula yang menghancurkan dirinya.” (HR. Muslim)

Sunday, September 6, 2015

KARUNIA ALLAH SWT DI BALIK LELAH KARENA BEKERJA

KARUNIA ALLAH SWT DI BALIK LELAH KARENA BEKERJA


Bismillahirrohmanirrohim....
“Sesungguhnya Allah Ta’ala senang melihat hamba-Nya bersusah-payah (lelah) dalam mencari rezeki yang halal.” (HR. Ad-Dailami).
Bekerja atau mencari rezeki yang halal merupakan ibadah. Rasulullah Saw menegaskan, bekerja untuk mencari nafkah merupakan kewajiban (fardlu).
“Mencari rezeki yang halal adalah wajib sesudah menunaikan yang fardhu (seperti salat, puasa, dan lain-lain)” (HR ath-Thabrani dan al-Baihaqi).
Bekerja mencari nafkah dan rezeki halal dinilai sebagai salah satu bentuk jihad. Lelah karena bekerja, bahkan menjadi penggugur dosa-dosa kecil.
“Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (profesional atau ahli). Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla.” (HR Ahmad).
“Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya keterampilan kedua tangannya pada siang hari, maka pada malam itu ia diampuni oleh Allah” (HR Ahmad).
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.”[Al Baqarah 2;172]

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ

"Tidak ada seseorang yang memakan satu makanan pun yang lebih baik dari makanan hasil usaha tangannya (bekerja) sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Daud as. memakan makanan dari hasil usahanya sendiri." (HR. Bukhari)

أَنَّ دَاوُدَ النَّبِيَّ عَلَيْهِ السَّلَامُ كَانَ لَا يَأْكُلُ إِلَّا مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
"Sungguh, Nabi Allah Daud as. tidak memakan makanan kecuali hasil usahanya (bekerja) sendiri." (HR. Bukhari)

 مَا كَسَبَ الرَّجُلُ كَسْبًا أَطْيَبَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَمَا أَنْفَقَ الرَّجُلُ عَلَى نَفْسِهِ وَأَهْلِهِ وَوَلَدِهِ وَخَادِمِهِ فَهُوَ صَدَقَةٌ

"Tidak ada yang lebih baik dari usaha seorang laki-laki kecuali dari hasil tangannya (bekerja) sendiri. Dan apa saja yang dinafkahkan oleh seorang laki-laki kepada diri, istri, anak dan pembantunya adalah sedekah." (HR. Ibnu Majah)

مَنْ اَمْسَى كَالًّا مِنْ عَمَلِ يَدَيْهِ اَمْسَى مَغْفُوْرًا لَهُ

Barangsiapa yang di waktu sore merasa capek (lelah) lantaran pekerjaan kedua tangannya (mencari nafkah) maka di saat itu diampuni dosa baginya.” (HR. Thabrani)
إِنَّ مُوْسَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آجَرَ نَفْسَهُ ثَمَانِيَ سِنِيْنَ أَوْ عَشْرًا عَلَى عِفَّةِ فَرْجِهِ وَطَعَامِ بَطْنِهِ

Sesungguhnya Nabi Musa as. mempekerjakan dirinya sebagai buruh selama delapan tahun atau sepuluh tahun untuk menjaga kehormatan dirinya dan untuk mendapatkan makanan (halal) bagi perutnya.” (HR. Ibnu Majah)

إِذَا سَبَّبَ اللهُ لِأَحَدِكُمْ رِزْقًا مِنْ وَجْهٍ فَلَا يَدَعْهُ حَتَّى يَتَغَيَّرَ لَهُ أَوْ يَتَنَكَّرَ لَهُ

"Jika Allah memberikan jalan bagi seseorang di antara kamu untuk memperoleh rezeki dari suatu arah, maka janganlah dia meninggalkannya sampai dia berubah atau hilang darinya." (HR. Ibnu Majah)

لَيْسَ بِخَيْرِكُمْ مَنْ تَرَكَ دُنْيَاهُ لِأَخِرَتِهِ وَلَا آخِرَتَهُ لِدُنْيَاهُ حَتَّى يُصِيْبَ مِنْهُمَا جَمِيْعًا فَإِنَّ الدُّنْيَا بَلَاغٌ اِلَى الْأَخِرَةِ وَلَا تَكُوْنُوْا كَالًّا عَلَى النَّاسِ

Bukanlah tergolong orang yang terbaik di antara kamu, yaitu orang yang meninggalkan dunia untuk mengejar kebahagiaan akhirat. Juga tidak pula orang yang meninggalkan akhirat untuk mengejar kebahagiaan dunia. yang terbaik adalah dia bisa mencapai kedua-duanya, sebab sesungguhnya dunia adalah sarana menuju kebahagiaan akhirat dan janganlah kamu sekalian menjadi orang yang memberatkan (beban) orang lain.” (HR. Ibnu Asakir) 
"Tidak ada satu pun musibah (cobaan) yang menimpa seorang muslim, melainkan dosanya dihapus oleh Allah Ta'ala karenanya, sekalipun musibah itu hanya karena tertusuk duri." (HR. Muslim)
Setiap hati mengeluh ganti dengan dzikir, semoga bermanfaat.

Friday, September 4, 2015

SIKAP TELADAN DAN ROMANTISME RASULULLAH TERHADAP ISTRI

SIKAP TELADAN DAN ROMANTISME RASULULLAH TERHADAP ISTRI

    http://cdn.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2014/05/31/374953/670x335/diketahui-menyusu-pada-wanita-sama-pasangan-saudi-diminta-cerai.jpg
  • Aisyah mengatakan, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sibuk membantu istrinya dan jika tiba waktu salat maka ia pun pergi menunaikannya.”
  •  Imam Al-Bukhari mencantumkan perkataan Aisyah ini dalam dua bab di dalam sahihnya, yaitu Bab Muamalah Seorang (suami) dengan Istrinya dan Bab Seorang Suami Membantu Istrinya.
  • Urwah bertanya kepada Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apa yang diperbuat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam jika ia bersamamu di rumah?”, Aisyah menjawab, “Ia melakukan seperti yang dilakukan salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya, ia memperbaiki sandalnya, menjahit bajunya, dan mengangkat air di ember.”

  •  Dalam Syama’il karya At-Tirmidzi terdapat tambahan, “Dan memerah susu kambingnya…”

  •  Ibnu Hajar menerangkan faidah hadis ini dengan mengatakan, “Hadis ini menganjurkan untuk bersikap rendah hati dan meninggalkan kesombongan dan hendaklah seorang suami membantu istrinya.”
  • Sebagian suami ada yang merasa rendah diri dan gengsi jika membantu istrinya mencuci, menyelesaikan urusan rumah tangga. Kata mereka, tidak ada istilahnya lagi, nyuci baju sendiri, merapikan rumah yang tidak bersih, dan jahit baju sendiri. Seolah-olah mereka menjadikan istri seorang pembantu dan memang tugasnyalah melayani suami. Apalagi jika mereka adalah para suami berjas berpenampilan necis, pekerjaan seperti ini tentu tidak lauak dan tidak pantas mereka kerjakan. Atau mereka merasa ini hanyalah tugas ibu-ibu dan para suami tidak pantas dan tidak layak untuk melakukannya.
Berikut ini beberapa kisah yang menunjukkan tawadhu’nya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam di hadapan istri-istrinya,

  • Dari Anas bin Malik ia berkisah, “Suatu saat Nabi halallahu ‘alaihi wa sallam di tempat salah seorang istrinya maka istrinya yang lain mengirim sepiring makanan. Maka istrinya yang sedang bersamanya ini memukul tangan pembantu sehingga jatuhlah piring dan pecah sehingga makanan berhamburan. Lalu Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan pecahan piring tersebut dan mengumpulkan makanan yang tadinya di piring, beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Ibu kalian cemburu…”
  • Perhatikanlah, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam sama sekali tidak marah akibat perbuatan istrinya yang menyebabkan pecahnya piring. Nabi tidak mengatakan, “Lihatlah! makanan berhamburan!!, ayo kumpul makanan yang berhamburan ini!. ini adalah perbuatan mubadzir!” Akan tetapi ia mendiamkan hal tersebut dan membereskan bahkan dengan rendah hati nabi langsung mengumpulkan pecahan piring dan mengumpulkan makanan yang berhamburan, padahal di sampingnya ada seorang pembantu.
  • Tidak cukup sampai di situ saja, nabi juga memberi alasan untuk membela sikap istrinya tersebut agar tidak dicela. Nabi mengatakan, “Ibu kalian sedang cemburu.”
  • Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menghadapi permasalahan rumah tangganya dengan tenang dan bijak, bagaimanapun beratnya permasalahan tersebut. Beliau juga mampu menenangkan istri-istrinya jika timbul kecemburuan diantara mereka. Sebagian suami tidak mampu mengatasi permasalahan istrinya dengan tenang, padahal istrinya tidak sebanyak istri rasulullah dan kesibukannya pun tidak sesibuk rasulullah. Bahkan di antara kita ada yang memiliki istri cuma satu orang pun tak mampu mengatasi permasalaha antara dia dan istrinya.


  • Ibnu Hajar mengatakan, “Perkataan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, ‘ibu kalian cemburu’ adalah udzur dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam agar apa yang dilakukan istrinya tersebut tidak dicela. Rasulullah memaklumi bahwa sikap tersebut biasa terjadi di antara seorang istri dengna madunya karena cemburu. Rasa cemburu itu memang merupakan tabiat yang terdapat dalam diri (wanita) yang tidak mungkin untuk ditolak.”


  • Ibnu Hajar juga mengatakan, “Mereka (para pensyarah hadis ini) mengatakan, bahwasanya pada hadis ini ada isyarat untuk tidak menghukum wantia yang cemburu karena sikap kekeliruan yang timbul darinya. Karena tatkala cemburu, akalnya tertutup akibat kemarahan yang dikobarkan oleh rasa cemburu.
  Abu Ya’la mencatat sebuah hadis dengan sanad yang hasan dari Aisyah secara marfu’
“Wanita yang cemburu tidak bisa membedakan bagian bawah lembah dan bagian atasnya.”
Ibnu Mas’ud meriwayatkan sebuah hadis dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam,
“Allah menetapkan rasa cemburu pada para wanita, maka barangsiapa yang sabar terhadap mereka, maka baginya pahala orang mati syahid.” Hadis ini diriwayatkan oleh Al-Bazar dan ia mengisyaratkan akan sahihnya hadis ini. Para perawinya tsiqoh (terpercaya) hanya saja para ulama memperselisihkan kredibilitas seorang perawi yang bernama Ubaid bin AS-Sobbah.

  • Dari Anas bin Malik, “Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi Khaibar, tatkala Allah mengilhamkan rasa tengan dalam jiwanya untuk menaklukkan benteng Khaibar, sampai sebuah kabar kepada beliau tentang kecantikan Shafiah bin Huyai bin Akhthab dan suami Shafiah pada saat itu telah tewas dengan usia pernikahan mereka yang masih dini. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pun meminangnya untuk menjadi istrinya. Kemudian beliau mengadakan perjalanan pulang menuju Madinah.” Anas melanjutkan, “Aku melihat Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam mempersiapkan kelambu di atas unta untuk Shafiah lalu beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam duduk di dekat unta lalu meletakkan lutut, lalu Shafiah menginjakkan kakinya di atas lutut beliau untuk naik di atas unta.” Adakah seorang suami yang mungkin berbuat hanya setengah dari usaha yang dilakukan Rasulullah, seperti membukakan pintu mobil untuk sang istri, membawakan belanjaannya, dsb. Tentunya hal ini tidak banyak kita dapati.
Tak perlu gengsi untuk membantu pekerjan istri. :D

 

Adapun romantisme Rasulullah terhadap istrinya

Mandi bersama
Mandi bersama akan menghadirkan kemesraan dan kenikmatan yang lebih. Setelah berjima’, ditutup dengan mandi bersama, saling mengusapkan sabun dan menyiramkan air. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Baginda Nabi.
Diriwayatkan bahwa Aisyah r.a. berkata, “Pernah aku mandi bersama Rasulullah. Kami menggunakan satu bejana. Bejana ini berada diantara aku dan beliau. Tangan kami saling berebut masuk ke dalam bejana. Beliau berhasil mendahuluiku, sampai-sampai aku berkata, “Tolong sisakan untukku!Tolong sisakan untukku!” Aisyah mengungkapkan bahwa saat itu mereka berdua sedang junub. (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Awanah)

Disisir istri
Dari Aisyah r.a. berkata, “Saya biasa menyisir rambut Rasulullah SAW.,  saat itu saya sedang haid.” (HR. Ahmad)
Rasulullah SAW. bisa membungkus hal sepele, menjadi sesuatu yang berkesan untuk pasangannya. Menyisir rambut, pekerjaan yang biasa tidak ada keistimewaannya. Namun ketika dibungkus dengan kemesraan, akan menjadi hal yang sangat istimewa. Rasulullah SAW. bisa menyisir rambutnya sendiri, demi menciptakan kemesraan, maka beliau minta disisirkan oleh istrinya. Kita pun bisa melakukannya, bukan?

Meminta istri meminyaki badannya
Rasulullah SAW. sangat piawai menjadikan hal yang sepele menjadi berkesan dan menjadi bumbu penyedap pernikahannya. Interaksi sehari-hari dengan istrinya senantiasa dibuat istimewa, sehingga semua istrinya merasa yang paling istimewa.
Seringkali Rasulullah SAW. meminta istrinya untuk mengoleskan minyak  di badannya. Tentunya Rasulullah bisa melakukannya sendiri, sengaja meminta istrinya yang mengolesi, agar tercipta kemesraan dan bertambahnya rasa cinta dan kasih.
Aisyah r.a. berkata,”Saya meminyaki badan Rasulullah SAW. pada hari raya Idul Adha, setelah beliau melakukan jumrah aqabah.” (HR. Ibnu Asakir)

Minum bergantian pada tempat yang sama
Di sebagian daerah, tabu istri minum pada gelas yang sama dengan suaminya. Biasanya ada gelas khusus untuk suami yang tidak boleh dipakai oleh siapa pun. Namun ternyata, Rasulullah SAW. punya sikap yang berbeda, beliau justru minum dari gelas (muk) yang sama.
Aisyah r.a. berkata, “Saya biasa minum dari muk yang sama ketika haidh, lalu Nabi mengambil muk tersebut dan meletakan mulutnya di tempat saya meletakan mulut saya, lalu beliau minum. Kemudian saya mengambil muk, lalu saya menghirup isinya. Kemudian beliau mengambilnya dari saya, lalu beliau meletakan mulutnya pada tempat yang saya meletakan mulut saya, lalu beliau pun menghirupnya.” (HR. Abdurrazaq dan Sa’id Musyar)
Apa yang dilakukan Rasulullah SAW. adalah bentuk romantisme dengan istrinya. Hal kecil, jika dibungkus dengan cinta dan romantisme dapat memelihara cinta agar senantiasa bertabur bunga.

Membelai istri
Kasih sayang terhadap pasangan bisa ditunjukkan dengan belaian dan usapan lembut. Akan terasa ada getaran hebat yang menjalari seluruh tubuh, hati pun terasa nyaman dan damai. Kontak langsung dengan pasangan mengandung energi positif untuk mengikat dua hati. Rasulullah SAW memberikan keteladanan kepada kita tentang hal ini.
Dari Aisyah r.a. “Adalah Rasulullah SAW.  tidaklah setiap hari melainkan beliau mesti mengelilingi kami semua (istrinya) seorang demi seorang. Beliau menghampiri dan membelai kami dengan tidak mencampuri hingga beliau singgah ke tempat istri yang giliri waktunya. Lalu beliau bermalam di tempatnya.” (HR. Ahmad)
6. Mencium istri
Wujud kasih sayang yang lain adalah ciuman. Jika dilakukan dengan penuh perasaan  maka akan menambah rasa cinta yang bersemayam dalam hati. Rasulullah SAW. sangat memperhatikan akan hal ini.
Dari Aisyah r.a. “Bahwa Nabi SAW. biasa mencium istrinya setelah wudhu.” (HR. Abdurrazaq)
Dari Hafshah, putri Umar r.a., “Sesungguhnya Rasulullah biasa mencium istrinya sekalipun sedang puasa.” (HR. Ahmad)

Tiduran di pangkuan istri
Rasulullah SAW. dengan akhlaknya yang agung, begitu memperhatikan kualitas hubungan dengan istri-istrinya. Di tengah kesibukannya berdakwah dan menanggung tanggung jawab sebagai Rasul, beliau memanfaatkan waktu bersama dengan istrinya. Sehingga waktu yang terbatas tidak menjadi masalah dalam hubungan mereka.
Aisyah r.a. berkata,” Nabi SAW. biasa meletakan kepalanya di pangkuanku walaupun aku sedang haidh, kemudian beliau membaca Al Quran.” (HR Abdurrazaq)

Memanggil dengan kata-kata mesra
Panggilan mesra terhadap pasangan akan menghadirkan kebahagiaan tersendiri. Rasa cinta dan sayang yang diekspresikan dengan kata-kata akan jauh lebih bermakna dan menghujam dalam dada. Rasulullah SAW. sangat memahami betul akan hal itu, maka beliau pun memiliki panggilan mesra untuk istrinya.
Rasulullah biasa memanggil Aisyah dengan panggilan yang disukainya, seperti Aisy dan humaira (yang kemerah-merahan pipinya)

Mendinginkan kemarahan istri dengan mesra
Setiap orang pasti pernah dihinggapi dengan perasaan marah.  Ketika sedang marah maka emosi tidak terkontrol. Rasulullah berlaku bijak ketika istrinya sedang marah, beliau berusaha mendinginkannya dengan cara yang sangat mesra.
Rasulullah SAW. memijit hidung Aisyah jika ia marah sambil berkata, “Wahai Uwaisy, bacalah doa, wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkan kekerasan hatiku dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan.” (HR. Ibnu Sunni)

Thursday, September 3, 2015

TATA CARA MANDI WAJIB SESUAI TUNTUNAN RASULULLAH

TATA CARA MANDI WAJIB SESUAI TUNTUNAN RASULULLAH

Tata Cara Mandi Junub Sesuai Tuntunan Rasulullah


Ketika seorang muslim junub, baik karena berhubungan atau mimpi, maka ia wajib mandi agar kembali suci. Berikut ini tata cara mandi junub sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits-hadits shahih:

1. Niat mandi wajib

Mulailah dengan niat mandi wajib untuk menghilangkan hadats besar. Niat ini membedakan mandi wajib dengan mandi biasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Semua amal tergantung niatnya dan setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

a. Jika mandi besar disebabkan junub Mimpi basah, keluar mani, senggama maka niat mandi besarnya adalah

    BISMILLAHI RAHMANI RAHIM NAWAITUL GHUSLA LIRAF’IL HADATSIL AKBAR MINAL JANABATI FARDLON LILLAHI TA’ALA
Artiya: Dengan menyebut nama Allah Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari jinabah, fardlu karena Allah Ta’ala

b. Jika mandi besarnya disebabkan karena haid maka niat mandi besarnya adalah

    BISMILLAHI RAHMANI RAHIM NAWAITUL GHUSLA LIRAF’IL HADATSIL AKBAR MINAL HAIDI FARDLON LILLAHI TA’ALAArtinya Dengan menyebut nama Allah Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari haidl, fardlu karena Allah Ta’ala

c. Jika mandi besarnya disebabab karena nifas, maka niyat mandi besarnya adalah

    BISMILLAHI RAHMANI RAHIM NAWAITU GHUSLA LIRAF’IL HADATSIL AKBAR MINAN NIFASI FARDLON LILLAHI TA’ALA
Artinya Dengan menyebut nama Allah Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari nifas, fardlu karena Allah Ta’ala

2. Membersihkan kedua telapak tangan

Siram/basuhlah tangan kiri dan bersihkan dengan tangan kanan. Pun sebaliknya, siram/basuhlah tangan kanan dan bersihkan dengan tangan kiri. Ulangi tiga kali

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ فَبَدَأَ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلَاثًا

“Dari Aisyah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mandi karena junub, maka beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya tiga kali…” (HR. Muslim)

3. Mencuci kemaluan

Cuci dan bersihkan dari mani dan kotoran yang ada padanya serta sekitarnya kemudian bercebok.

4. Berwudhu

Ambillah wudhu sebagaimana ketika hendak shalat

5. Membasuh rambut dan menyela pangkal kepala

Masukkan telapak tangan ke air, atau ambillah air dengan kedua telapak tangan (jika memakai shower), lalu gosokkan ke kulit kepala, lantas siramlah kepala tiga kali.

6. Menyiram dan membersihkan seluruh anggota tubuh

Pastikan seluruh anggota tubuh tersiram air dan dibersihkan, termasuk lipatan atau bagian-bagian yang tersembunyi seperti ketiak dan sela jari kaki.
Langkah ke-3 hingga ke-6, dalilnya adalah hadits-hadits berikut:

عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ بَدَأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ يُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِي الْمَاءِ فَيُخَلِّلُ بِهَا أُصُولَ شَعَرِهِ ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ ثَلَاثَ غُرَفٍ بِيَدَيْهِ ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جِلْدِهِ كُلِّهِ

“Dari ‘Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mandi karena junub, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya, kemudian berwudlu sebagaimana wudlu untuk shalat, lalu memasukkan jari-jarinya ke dalam air dan menggosokkannya ke kulit kepala. Setelah itu beliau menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya.” (HR. Al Bukhari)

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ يَبْدَأُ فَيَغْسِلُ يَدَيْهِ ثُمَّ يُفْرِغُ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ فَيَغْسِلُ فَرْجَهُ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ يَأْخُذُ الْمَاءَ فَيُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِي أُصُولِ الشَّعْرِ حَتَّى إِذَا رَأَى أَنْ قَدْ اسْتَبْرَأَ حَفَنَ عَلَى رَأْسِهِ ثَلَاثَ حَفَنَاتٍ ثُمَّ أَفَاضَ عَلَى سَائِرِ جَسَدِهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ

Dari Aisyah dia berkata, “Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mandi karena junub, maka beliau memulainya dengan membasuh kedua tangan. Beliau menuangkan air dengan tangan kanan ke atas tangan kiri, kemudian membasuh kemaluan dan berwudhu dengan wudhu untuk shalat. Kemudian beliau menyiram rambut sambil memasukkan jari ke pangkal rambut hingga rata. Setelah selesai, beliau membasuh kepala sebanyak tiga kali, lalu beliau membasuh seluruh tubuh dan akhirnya membasuh kedua kaki.” (HR. Muslim)
Demikian tata cara mandi junub sesuai tuntunan Rasulullah. Meskipun rukunnya hanya dua, yakni niat dan membasuh semua permukaan kulit serta rambut, hal-hal lainnya adalah sunnah. Yang jika kita mengamalkannya, insya-allah bukan hanya kita suci dari hadats besar, tetapi juga mendapatkan pahala karena mengikuti sunnah yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.